Sulap Bukan Mistik

********************************************************************************
Acara The Master ingin meruntuhkan anggapan bahwa sulap itu mistik. Menghibur sekaligus mencari bibit pesulap baru.

********************************************************************************

MENAKJUBKAN. Sulit menahan seruan itu melihat aksi Limbad. Dia menarik truk penuh orang dengan tambang yang diikat pada rambut gondrongnya. Aksi itu ditunjukkan saat final The Master di RCTI, Jumat dua pekan lalu. Dia melakukan akrobat tersebut demi meraih gelar ”master”, penghargaan yang didapatkan bila berhasil menang dalam kompetisi The Master.

Pesaingnya, Joshua Sandy alias Joe Sandy, beraksi tak kalah hebat. Kekuatan pikirannya mengesankan. Joe mengisi kotak teka-teki silang dengan mata tertutup. Pertanyaannya dibacakan. Hebatnya, huruf-huruf tepat menempati kotak yang ada. Dan, tentu saja, semua jawabannya benar.

Limbad dan Joshua adalah peserta yang mampu bertahan hingga babak final setelah yang lain tumbang sepanjang 12 episode sebelumnya. The Master merupakan ajang pencarian bakat seperti berbagai macam ”idol” yang marak di layar kaca. Pemenang bergantung pada banyaknya pesan singkat dari pemirsa.

Kenapa pesulap yang dicari? ”Stok pesulap menipis, orangnya itu-itu saja,” kata Direktur Program RCTI Harsiwi Akhmad. Padahal banyak orang yang menekuni keahlian sulap. Audisi tertutup dengan mendatangi sekolah sulap menjaring banyak peminat. Yang mendaftar di acara ini ribuan orang.

Setelah diseleksi, terjaring 11 orang kandidat master, yang diminta memamerkan kemampuan mereka setiap Jumat malam. Dalam sesi pertama, tampil lima orang, dan sesi kedua, enam orang. Pemenang dari tiap sesi diadu dalam final. Seperti kontes semacamnya, aksi pesulap dikemas dalam bentuk hiburan. Dua juri, mentalis Deddy Corbuzier dan ahli hipnotis Romy Rafael, menilai penampilan mereka.

Nantinya, sang master akan mendapat kesempatan tampil di acara-acara RCTI. Tidak tertutup kemungkinan juga akan ada slot khusus sebagai panggung para peserta The Master. Modal popularitas juga diharapkan dapat mendongkrak perkembangan karier peserta. ”Ini awal karier mereka,” kata Harsiwi.

Joe Sandy mengakui, ia mengikuti kontes untuk mencari tantangan. ”Yang penting pengalamannya,” kata dia. Tentu, panggung yang lebih besar setelahnya tak ditampik. Pesulap asal Subang, Jawa Barat, itu sudah sering menggelar pertunjukan off air di acara seperti jamuan atau pertemuan. ”Istilahnya sulap dalam kota,” katanya.

Limbad ingin menunjukkan bahwa ada pesulap Indonesia yang bisa menggelar pertunjukan extreme magic, memukau penonton dengan adegan-adegan berbahaya. Dia biasa menggelar pertunjukan tak hanya di kota asalnya, Tegal, Jawa Tengah, tapi juga di kota-kota besar, bahkan sampai ke luar negeri. ”Paling sering Singapura dan Malaysia,” kata Susi Indrawati, istrinya.

Keduanya menekankan bahwa sulap adalah teknik yang bisa dipelajari siapa pun. Joe, misalnya, baru serius menekuni ilmu sulap sejak 2000 di Magic Art School Bandung. Tak hanya mathemagic, yakni sulap yang dikombinasikan dengan matematika, dia juga mendalami teknik ilusi.

Limbad sudah tertarik dunia sulap sejak kecil, dan intensif mempelajarinya secara otodidak dalam sepuluh tahun terakhir. ”Yang penting mental dan keberanian,” katanya. Penampilannya yang angker, dengan burung hantu di pundak dalam setiap pertunjukan, hanyalah kemasan pertunjukan bizarre magic—untuk menghadirkan efek horor dan kekuatan supernatural.

Deddy Corbuzier menegaskan, sulap adalah ilmu yang bisa dipelajari secara rasional, sama sekali tak lekat dengan dunia mistik. Pesulap ilusi, misalnya, tekun mempelajari teknik mengalihkan perhatian penonton. Mentalis atau penghipnotis belajar mempengaruhi alam bawah sadar, atau pesulap Fakir—yang mempertontonkan kekuatan supernatural—puluhan tahun melatih fisik. ”Kami mengedukasi bahwa dukun itu banyak yang melakukan penipuan,” kata Deddy. Ini sesuai tagline acara: ”Mencari Bintang tanpa Mantra”.

The Master seakan mengajak berpikir sehat dalam menerima yang serba tidak mungkin, serba tidak biasa, sebagai bagian dari kehidupan. Sebab, seperti yang diyakinkan dua suhu dalam dua acara tersebut: semua magic bisa dipelajari.

Harun Mahbub

Sumber: Majalah Tempo Interaktif

0 komentar:

Post a Comment