SAMBIL tergesa-gesa, seorang pria berjalan dari satu studio menuju studio lain. Di studio pertama, ia menyusun ratusan keping puzzle yang berserakan. Waktunya terbatas. Namun, ia mencoba santai. Saat bel berbunyi, ia harus hijrah ke studio yang satunya, menyelesaikan tugas lain, mengisi teka-teki silang dengan mata tertutup. Begitu seterusnya sampai waktu yang ditentukan habis. Nyatanya ia berhasil. Ia seolah ingin bilang, kepanikan dan adrenalin kadang menumbuhkan suatu halusinasi. Maka konsentrasi dan fokus menjadi kunci untuk melewati.
Itu adalah salah satu adegan yang menampilkan usaha seorang magician menyelesaikan trik yang ia ciptakan. Trik sulap, begitu kalangan awam menyebut kegiatan yang dilakukan. Dialah Joe Sandy (36), peraih gelar "The Master" di salah satu televisi swasta.
Tak bisa dimungkiri, acara tersebut berjasa melejitkan namanya. Mengalahkan Abu Marlo, pria asal Subang Jawa Barat ini didaulat menjadi jawara "The Master 1". Namanya semakin melambung ketika ia berhasil mengalahkan jawara "The Master 2" Limbad, pada duel bertajuk "The Master, The Grand Final Battle". Tak heran, kalau makin hari Joe Sandy disejajarkan dengan magician atau mentalist kenamaan
"Perasaan setelah dinobatkan menjadi The Master, biasa aja sih sebenarnya. Tetapi bangga aja bisa mendobrak realitas, bahwa kesempatan bisa datang kapan aja, dan semua orang bisa berubah," ucap Joe, ditemui seusai mengisi acara Indonesia Movie Awards (IMA) 2009 di Tennis Indoor Senayan
Hal tersebut dikatakan Joe bukan tanpa sebab. Karena ingin langsung mencari pekerjaan, Joe yang kala itu baru lulus SMA di Subang, hijrah ke
Impitan ekonomi dan kemauan untuk melanjutkan kuliah memaksanya mencari peruntungan lain. Tahun 1999, menjadi awal Joe mendalami dunia sulap. Kemudian ia bergabung dengan Magic Art School Bandung, dan memutuskan terjun di dunia entertaiment dengan menjadi MC yang menawarkan "bonus" berbau sulap kepada tamu yang datang.
Peruntungan baik semakin berpihak, saat pria kelahiran 2 April 1973 ini mengikuti program "The Master". Pembawaannya yang santai dan hangat membuat banyak penonton secara sukarela mendonorkan SMS untuk memuluskan langkahnya.
"Dengan magic, saya jadi tahu kalau semua orang enggak suka ditipu, mereka hanya suka dibuat terpukau," ucap Joe tanpa ragu-ragu. Namun, barangkali tak banyak yang tahu betapa ia memutar otak luar biasa saat melakukan persiapan, sebelum tampil di atas panggung.
"Waktu grand final melawan Limbad saja, saya sampai enggak tidur dua hari. Banyak banget yang harus dipersiapkan. Misalnya harus latihan menghafalkan TTS, habis itu dites sama orang. Soalnya kalau udah di panggung
Sementara itu masih ingat serial "Macgyver" yang bisa "menyulap" banyak benda menjadi berguna? Nah, rupanya Joe pun suka sulap karena terinspirasi tokoh yang diperankan oleh Richard Dean Anderson itu.
"Benda A yang diubah jadi B sampai Z, menurut saya adalah sulap. Makanya dulu kesukaan saya sama sulap berangkat dari
Saat menjalankan triknya, Joe juga banyak belajar dari film yang tenar pada medio ’90-an tersebut.
"Kalau lagi latihan sih sering banget. Tetapi kalau di atas panggung, hanya nyaris gagal. Waktu itu lagi bermain-main sama russian rollet, terus ada perasaan bahwa peluru yang mau ditembakkan itu ada isinya. Karena ragu-ragu, saya memutar kembali selongsongan peluru. Benar saja, yang tadi ada pelurunya. Bayangkan kalau saya menembakkannya," ucap Joe. (Endah Asih/"PR")***
Sumber: Koran Pikiran Rakyat
0 komentar:
Post a Comment